Selasa, 01 November 2011

Biogas Alternatif Menanggulangi Pencemaran Lingkungan Perumahan, Sudah Tersebar di 13 Desa Kabupaten Malang

SALAH SATU proses pengelolaan kotoran ternak (sapi) adalah dengan cara fermentasi kotoran ternak dalam bangunan tertutup agar mikroba anaerob dapat berkembang cepat dan memanfaatkan bahan-bahan organik yang ada, sehingga menghasilkan gas bio. Sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar kayu/minyak tanah, gas bio juga bermanfaat sebagai pupuk organik. Salah satu upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang mencanangkan program Kabupaten Malang sebagai sentra Pembuatan Teknologi Biogas merupakan kemitraan dengan anggota masyarakat di pedesaan.

Tahun 2011 telah dibangun percontohan sebanyak 13 unit intalasi biogas yang tersebar di kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Malang, sedangkan usaha kemitraan dengan anggota masyarakat di berbagai tempat yaitu,Desa Ngasen, Kecamatan Ngajum, Desa Jabung Kecamatan Jabung, Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermaningwetan, Desa Rejosari Kecamatan Bantur, dan Desa Sitirejo Kecamatan Wagir, dan biaya kemitraan bisa mencapai Rp 2,5 juta sampai dengan Rp 3 juta untuk satu intalasi yang dapat digunakan tiga rumah tangga.


Kepala Bidang Pemukiman pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang, Ir Renung Rubiyatadji, MM, menjelaskan biogas ini manfaatnya untuk menggantikan bahan bakar kayu atau minyak tanah, sehingga dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga. “Tujuan pembangunan instalasi biogas diperuntukan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga bisa dapat membantu perekonomiannya. Hal ini, bisa dalam bentuk kemitraan masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,” kata Renung, mantan Kasi Perencanaan dan Pengawasan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang.

Menurut Renung, yang tidak bosan-bosan memberi penjelasan tentang mafaatnya biogas bila diminta oleh masyarakat, setiap warga yang ingin dibangun lokasi biogas harus menyediakan lahan/tanah kosong minimal 6,5 meter x 1,5 meter. “Bisa memiliki ternak sapi sendiri atau tetangganya yang ditipkan untuk dikandangkan di tempatnya paling sedikit tiga ekor sapi, bisa menghasilkan biogas untuk dua tungku atau kompor gas,” tutur Renung, bisa menggunakan selama 4-5 jam sehari.
Renung mengharapkan dengan tersedianya fasilitas unit instalasi biogas di rumah penduduk, dengan sendirinya perilaku masyarakat tidak membuang limbah/kotoran sapi sembarangan, sehingga pemukiman menjadi bersih. “Kami akan memproritas atau membantu untuk desa-desa di kecamatan yang padat penduduk dengan pemeliharaan ternak sapi, sehingga berpotensi mencemari lingkungan perumahan,” ungkap Renung, mengatakan yang menjadi teknis pembuatan instalasi biogas, masyarakat bisa berhubungan dengan Yudianto dan Ketut setiap saat siap membantu. (adv)***

Cara Pengerjaan Biogas Palstik

1. Gali Tanah dengan ukuran panjang 6 meter, lebar 1 meter dengan kedalaman 1,4 meter.
2. Setelah galian selesai, pasang pasangan batu bata, selanjutnya diplester.
3. Siapakan plastik Kantong UV ukuran 7 meter diameter 1 meter, masukkan plastik ke dalam galian yang telah disiapkan.
4. Pasang pipa diameter ½ dim pada ujung plastik, dihubungkan ke tendon plastik ukuran 2 x 2,5 meter, selanjutnya dari tendon dihubungkan ke kompor melalui pipa.

Cara Pengisian Biogas Plastik

1. Kotoran sapi diaduk dengan air perbandingan 1 kotoran sapi, 2 air (kotoran sapi harus bebas dari sisa makanan/rumput).
2. Masukkan hasil adukan ke dalam kantong plastik sebanyak sekitar 4 meter kubik (m3).
3. Diamkan selama lima hari, maka gas metan akan terbentuk dengan sendirinya, selanjutnya siap dialirkan ke tendon dan kompor siap digunakan.
4. Untuk pengisian selanjutnya lakukan seperti cara di atas dengan kapasitas kotoran sesuai yang dihasilkan ternak sapi setiap hari.
5. Setelah menghasilkan gas, kotoran sapi di dalam plastik akan terdorong ke keluar secara otomatis akibat tekanan gas, hasilnya dapat digunakan sebagai pupuk organik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar