Rabu, 04 Mei 2011

Peringatan Hardiknas di Malang Raya, SMKN 3 Kota Malang Mengenakan 380 Busana dari Sampah Masuk Muri

MALANG, NAGi. Walikota Malang, Drs Peni Suparto, MAP, dan Wakil Walikota Drs Bambang Priyo Utomo, BSc, para Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Muspida), dan para undangan dibuat termangu dan terposona oleh ulah para pelajar SMKN 3 Kota Malang menggelar busana terbuat dari sampah rumah tangga. Anekah sampah itu, didaur ulang menjadi busana yang indah di lihat. Unjuk kebolehan ini, dalam acara pentas memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2011 di halaman depan Balai Kota Malang, Jl Tugu No 1 Kota Malang. Tata rias wajah, rambut yang indah dan molek, sebanyak 380 siswa bergaya, serta disambut tepuk tangan yang riuh dari undangan yang memadati tempat acara tersebut.

Busana ini, terdiri dari kepingan VCD, kartu perdana selular, kertas koran, pita kaset, tas kresek, serabut kelapa, karung goni, kain bone, jerami, bermacam daun kering, dan aneka ragam sampah daur ulang. Para siswa melenggak-lenggok, tanpa malu-malu. “Meilana, gadis cantik siswa SMKN 3 Kelas XI mengatakan desain dan finishing gaung-gaung ini, dikerjakan besama teman-teman satu kelompok. Membuat gaun berekor ini, terinspirasi pernikahan Kate Middleton dan Pangeran Willian, Royal Wedding di Inggris,” ungkap Meilana, yang pagi itu mengenakan gaun berekor yang terbuat dari perpaduan sampah serabut kelapa, karung goni, kain bone, jerami, bermacam-macam dedaunan kering.

Rekor Muri

Manejer Museum Rekor Indoneia (MURI), Paulus Pangka, SH mengatakan, kreatif dari para siswa SMKN 3 Kota Malang ini, pantas dan layak berhak meraih Rekor Muri dalam kategori Penyelenggraan Peragaan Busana dari Daur Ulang Sampah. “Hal ini, pernah pada tahun 2010 Kota Jakarta berhasil meraih Rekor Muri dengan tema yang sama. Tetapi, peragaannya tidak sebanyak di Kota Malang. Di Jakarta hanya 300 orang, sedangkan di Kota Malang siswa sebanyak 380 orang,” jelas Paulus, yang langsung menyerahkan kepada Kepala Sekolah SMKN 3 Kota Malang, Aksi Hari.

Selanjutnya Paulus memuji kereatif para siswa-siswa, yang mendesain busana dari daur ulang sampah. “Ade-ade kita sungguh kreatif. Mereka meraut bahan busana satu per satu dengan jahitan tangan,” puji Paul, pihaknya khawatir jangan-jangan busana yang dikenakan itu jatuh, bisa-bisa heboh…, sambal ketawa, sekali lagi memuji keberanian para siswa-siswa.

Memperkuat Jati Diri

Dilaporkan Watawan NAGi yang mengikuti upacara peringatan Hardikans di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang). Bertindak selaku Inspektur Upacara Wakilota Malang, Peni Suparto, Walikota Batu, Eddy Rumpuko, dan Bupati Malang, Drs Rendra Kresna, SH, MM, MPM di masing-masing wilayah membacakan sambutan Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Ir Mohammad Nuh, DEA.

Pada kesempatan itu, menteri menegaskan, tantangan global dan internal yang sedang dihadapi, mengharuskan kita semua untuk lebih memperkuat jati diri, identitas, dan krakter sebagai bangsa Indonesia. “Mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang ini, kita bangun bukan hanya karakter berbasis kemulian diri semata, akan tetapi secara bersamaan membangun karakter kemulian sebagai bangsa,” tegas Muh, karakter yang ingin kita bangun hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepanasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi

Selanjutnya dikatakan Nuh, karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara dengan Pancasila, UUD NKRI 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai pilarnya. Itulah, alasan mengapa tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011 ini dalah “Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa” dengan Subtema “Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”. “Saya mengajak para pemangku kepentingan pendidikan, terutama kepala sekolah, guru, pimpinan perguruan tinggi dan dosen, harus memberikan perhatian dan pendamping lebih besar kepada peserta didik dalam membentuk dan menumbuhkan pola pikir dan perilaku yang berbasis kasih sayang, toleransi terhadap realitas keanekaragaman yang dibenarkan oleh peraturan dan perundangan,” harap Nuh, sehingga bisa dicegah tumbuhnya pemikiran dan perilaku destruktif, anarkis, kekerasan, dan radikalisme.

Dalam kesempatan itu, Walikota Peni Suparto menyerahkan kepada ; 1) Penyerahan secara simbolis bantuan GOTA Kota Malang berupa biaya pendidikan sebanyak 251 anak yang terdiri dari, a) SD sebanyak 151 orang @ Rp 125.000,-, b) SLTP sebanyak 75 orang @ Rp 150.000,- dan c) SLTA sebanyak 25 orang @ Rp 175.000,-. Dan 2) Penyerahan secara simbolis penerimaan bantuan ATK untuk peserta Kejar Paket A,B, dan C terdiri dari; a) Kerjar “Cerdas” Kelurahan Bunulrejo sebanyak 63 orang (Paket A 15 orang, Paket B 15 orang, dan Paket C 33 orang), b) Kejar “Internasional” Kelurahan Purwantoro sebanyak 25 orang (Paket B 10 orang, dan Paket C 15 orang), c) Kejar “Arpus/Sersan/Arcip” Kelurahan Ciptomulyo sebanyak 78 orang (Paket A 12 orang, Paket B 26 orang, dan Paket C 40 orang), d) Kejar “Dahsyat” Kelurahan Kebonsari sebanyak 37 orang (Paket B 16 orang, dan Paket C 21 orang), e) Kejar “Cemara” Kelurahan Cemorokandang sebanyak 75 orang (Paket A 22 orang, Paket B 39 orang, dan Paket C 14 orang, dan f) Kejar “Harapan Bangsa” Kelurahan Madyopuro sebanyak 32 orang (Paket B 5 orang, dan Paket C 27 orang). (ivan/anik/bala/ari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar