Selasa, 31 Mei 2011

DPRD Meraup Uang untuk Kepentingan Pribadi dan Partai, Rakyat Hanya Menjadi Objek

KELAKUAN para anggota DPR RI di Jakarta, dengan berbagai alasan dan upaya meraup keuangan negara untuk kepentingan partai, pribadi dan para koleganya, kini sudah merambah ke daerah-daerah. Para anggota DPRD di daerah, juga perilakunya sama tidak berbeda dengan para anggota DPR. Mondus operasionalnya juga sama, sehingga membuat para eksekutif kebingungan untuk mengatur dana dalam APBD yang disusun bersama Panitia Anggaran (Panggar) dari eksekutif dan Badan Anggaran (Banggar) dari legislatif. Setiap tahun dalam penyusunan APBD, para anggota dewan seenaknya menaikan gaji dan berbagai tunjangan. Jika, tidak disetujui eksekutif, maka para anggota dewan pun tidak menyetujui anggaran yang diajukan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan. Ujung-ujungnya, terjadi kesepakatan, sehingga APBD di mark up. Tindakan para anggota dewan yang terhormat ini, rakyat hanya menjadi objek jualan elit politik untuk membangun citra dan simpati dari masyarakat. Padahal, dalam praktek politik nyata, sebagian politikus daerah justeru berlaku merugikan rakyat seperti mengorupsikan uang negara/daerah yang semestinya untuk kepentingan rakyat dalam pembangunan di segala sektor.

Kita bercermin dari peristiwa yang mengagetkan rakyat seantero tanah air yaitu, kasus mantan Bendahara Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin, kini dikaitkan dengan “dugaan” penyuapan dalam proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, dan peristiwa penyuapan di Mahkamah Konstitusi (MK) kepada Sekretaris Jenderal MK, Janedjri M Gafar. Sekjen PD Nazarudin telah memberi dana 120.000 dollar Singapura. Pihak MK, oleh Ketua MK Mahfud MD telah melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) pada Nopember 2010 secara lisan. Dan kasusnya ini, baru terungkap di permukaan 20 Mei 2011, SBY dan Mahfud memberi keterangan di Istana, maka serta merta ada beberapa anggota pimpinan PD mencak-mencak dan menuding Mahfud bermain di air keruh dan melakukan manufer kepentingan pencalonan Presiden 2014 mendatang.

Buka rahasia lagi para anggota dewan yang sebelumnya dari beragam latar belakang profesi, advokat, akademisi, tukang ojek, sampai pengangguran, dengan berbekal pinjaman uang dan memiliki massa yang cukup telah mengantarkanya ke gedung dewan mewakili para konstituen yang memilihnya. Karena kurang pendidikan, pengalaman dalam berpolitik mau pun berbagai wawasan tentang pemerintahan, sehingga membuat anggota dewan itu terpukau atas kemewahan dan fasilitas yang disediakan pemerintah untuk masing-masing. Untuk anggota DPRD di daerah “kering” dan APBD daerah yang masih di bawah harapan, minus dari fasilitas untuknya, tetapi mereka sudah layak hidup di atas garis kemiskinan. Bagi daerah yang surplus, setiap anggota DPRD diberi pinjam pakai kendaraan roda empat (avansa, innova, varios), sebagai penunjang kerja mereka sehari-hari.

Kesejahteraan Masyarakat

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah di luar yang menjadi urusan pemerintah. Daerah mememiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Seiring dengan prinsip itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Bisa dikatakan agenda reformasi yang sudah 13 tahun ini gagal terlaksana, hal ini ditunjukkan dengan belum terpenuhi hak rakyat, terutama hak sosial ekonomi. Agenda reformasi salah arah, akibat dari liberalisasi politik dan ekonomi, maka imbasnya Orde Baru seolah-olah lebih baik ketimbang saat ini. Liberalisasi politik juga menghasilkan politisi korup, baik yang duduk di dewan mau pun di eksekutif. Hal ini, terlihat dari begitu besarnya ongkos politik seperti menjadi bupati, walikota, biaya rata-rata mencapai Rp 30 miliar, belum lagi yang ingin menjadi gubernur yang daerahnya makmur berpenduduk besar bisa menelan biaya triliun rupiah. Poiitik uang yang berkembang saat ini, dinilai merusak moral masyarakat, bahkan bangsa yang biasa hidup dalam kebersamaan berdasarkan asal-usul, adat istiadat setempat yang rukun, tetapi dengan otonomi seluas-luasnya ini, mulai dari kota sampai ke desa-desa masyarakat dibuat terkotak-kotak oleh elit politik dan pemodal. Ada “adium” para bupati/walikota/gubernur, tahun pertama pemerintahannya membayar kembali kepada sponsor, tahun kedua mengembalikan kepada pemodal, dan tahun ketiga semuanya “masuk bui”, karena menyalahgunakan APBD dengan kewenangan yang dimiliki.
Gerakan reformasi 1998 tidak hanya mengkritik Orde Baru, sebaliknya gerakan ini menginginkan Indonesia kembali ke UUD 1945 dan Pancasila. Tetapi, Pancasila sekarang hanya sebagai simbol saja dari elit politik, sehingga kurikulum di sekolah-sekolah terabaikan, membuat generasi sekarang hanya menghafal. Untuk mengaplikasikan dan penghayatan itu benar-benar sudah luntur, sehingga para anggota dewan dan eksektuif sudah lupa “daratan” dan “mabuk” berbagai proyek serta bagi-bagi kue pembangunan daerah dan masyarakat hanya menjadi penonton pembangunan saja, tidak sedikit pun diberi kesempatan untuk mencicipi. Kue pembangunan hanya dirasakan dan dinikmati oleh anggota dewan, keluarganya, dan kelompoknya. Betapa ironis, demokrasi yang diharapkan bukan hanya sebagai sistem yang prosedural seperti saat ini, tetapi yang menjamin terpenuhinya hak rakyat, mulai dari kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, dan tegaknya supremasi hukum.

Menghadapi reformasi yang “dibajak” berbagai kepentingan pribadi dan golongan, maka kita semua masyarakat Indonesia dari berbagai elemen harus bertanggung jawab terhadap agenda reformasi. Apakah para aktivis mahasiswa bersama masyarakat perlu turun kembali ke jalan meski pun tidak dalam bentuk unjuk rasa. Kita harus mengawal agenda reformasi, baik terhadap pemerintahan pusat mau pun sampai ke daerah-daerah, karena uang negara/daerah sudah dipetakan untuk kepentingan para anggota dewan dan eksekutip. Rakyat sudah “dibodohi” hampir 13 tahun setelah reformasi, tetapi masyarakat untuk mencari sesuap nasi saja begitu sulit, sehingga ada yang mencuri pisang setandan, singkong sepohon, semangka sebuah, harus duduk sebagai pesakitan di pengadilan. Sedangkan koruptor dibela oleh para advokat, dengan berbagai upaya untuk membebaskan dari celah-celah hukum. Itulah tugas para advokat, karena ia dibayar oleh para koruptor, tetapi para advokat tidak melihat jauh ke depan bangsa ini harus di bawah ke mana.

Rakyat Batu Lompatan

Dalam praktek berpolitik, para politikus hanya menjadikan rakyat sebagai batu lompatan untuk memperoleh jabatan di pemerintah pusat atau daerah, di DPR atau DPRD. Begitu berhasil menduduki kekuasaan, mereka lupa untuk memenuhi amanat memperjuangkan aspirasi rakyat. Mereka masih bicara atas nama rakyat, tetapi sebagian justeru mencerderai rakyat dengan mengorupsikan anggaran. Rakyat saat ini, hanya menjadi kamuflase kebusukan politik. Wacana rakyat hanya jualan yang seksi dalam kampanye atau panggung politik sehari-hari demi mengelap pencitraan, menarik simpati, atau menunjukkan kepedulian palsu. Sebenarnya politisi hanya memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Mereka memakai nama rakyat untuk mengeruk keuntungan moril dan material. Secara moril, mereka ingin tampak terhormat dan citranya bagus. Secara material, diam-diam bagian dari politik menyalahgunakan kekuasaan untuk mengeruk untung sendiri. Pembusukan politik tersebut, kian parah karena budaya hedonisme, konsumtif, memperkaya diri juga merajalela dalam kehidupan sehari-hari politisi itu. Rakyat terutama kalangan bawah, akhirnya menjadi objek penderita saja dan menjadi bulan-bulanan permaian para elit politik serta politik karbitan anggota dewan.

Dewan Bermain Proyek

Bukan rahasia lagi, para anggota dewan itu semuanya bermain dengan proyek di eksekutif. Misalnya para anggota dewan dari komisi “Y” bermitraan dengan para SKPD, secara tersirat, lisan mau pun terang-terangan meminta jatah proyek kepada SKPD yang bersangkutan. Dana yang diperolehnya sebagian disetor untuk kepentingan partainya, kepentingan pribadi dan keluarga, serta kelompok pendukungnya. Para SKPD tidak bisa berbuat apa-apa dengan permintaan yang terhormat anggota dewan tersebut. Sekarang anggota dewan sudah pandai meminta kepada SKPD proyek, tetapi yang mengerjakan adalah “kelompok”-nya, sehingga terhindari dari jeratan hukum, bahwa anggota dewan tidak boleh merangkap pekerjaan selain menjadi dewan.
Menjadi masalah dana yang disetorkan kepada partai, karena partai mengharapkan keuangan dari para anggota yang duduk di dewan. Selain dana yang jatah dari pemerintah per kursi, dengan terpaksa mereka harus pandai mencari uang untuk keperluan partai, untuk membina para kadernya serta memelihara konstituennya. Kelemahan pada partai adalah, tidak penah meminta iuran dari anggotanya, walau pun dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) mengatur tentang iuran, itu hanya basa-basi terulis dalam akta otentik saja.

Para anggota dewan sering melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah, baik komisi, fraksi, dan para pimpinan dewan sudah ada uang jalan yang dibiayai oleh keuangan daerah, masih juga meminta kepada SKPD yang bersangkutan. Hal ini, sudah menjadi “rahasia umum” dengan terpaksa para SKPD menyediakan dana yang tidak termasuk dalam Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA), sehingga menyulitkan. Maka, terjadi korupsi berjamah, baik dewan mau pun eksekutif.
Jika, kondisi ini dibiarkan terus berlangsung, lembaga-lembaga pemerintah akan semakin membusuk. Masyarakat akan semakin tidak mempercayai lembaga dan para aktor politik. Hal ini, untuk mengantisipasinya harus menata ulang sistem dan budaya politik, sehingga bisa lebih menutup celah penyelewengan kekuasaan. Saat bersamaan, harus dibangun masyarakat yang beradap, sebagai basis untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Bukan saat sekarang ini, demokrasi uang (pemodal) yang meraja lelah di segala sektor kehidupan. Masyarakat, setiap hari disajikan berita korupsi baik kalangan anggota dewan mau pun eksekutif. Mereka tidak pernah jerah, padahal jabatan atau kedudukan itu adalah amanah, yang harus dikembangkan dan dipertangungjawabkan di dunia dan akhirat. Mungkin mereka sudah tidak mengharapkan pembalasan di akhirat nanti. Semoga. (George da Silva)

2 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Dian Pelangi dari Jakarta di Indonesia, saya seorang perancang busana dan saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu semua orang agar berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman di internet, begitu banyak pemberi pinjaman di sini penipu dan mereka ada di sini. menipu Anda dengan uang hasil jerih payah Anda, saya mengajukan pinjaman untuk sekitar Rp900.000.000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan sekitar 29 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 29 juta masih saya tidak mendapatkan pinjaman dan bisnis saya tentang menabrak karena hutang.

    Ketika saya mencari perusahaan pinjaman swasta yang andal, saya melihat iklan online lainnya dan nama perusahaan itu THE WORLD LOAN COMPANY. Saya kehilangan 15 juta bersama mereka dan sampai hari ini, saya belum pernah menerima pinjaman yang saya usulkan.

    Ya Tuhan, teman-teman saya yang mengajukan pinjaman juga menerima pinjaman itu, memperkenalkan saya ke sebuah perusahaan yang dapat dipercaya di mana Mrs. Christabel bekerja sebagai manajer cabang, dan saya mengajukan pinjaman sebesar Rp900.000.000 dan mereka meminta kredensial saya, dan setelah itu mereka selesai memverifikasi rincian saya, pinjaman itu disetujui untuk saya dan saya pikir itu hanya lelucon, dan mungkin ini salah satu dari kecurangan yang membuat saya kehilangan uang, tetapi saya tertegun. Ketika saya mendapatkan pinjaman saya dalam waktu kurang dari 6 jam dengan suku bunga rendah 2% tanpa jaminan

    Saya sangat senang bahwa Tuhan menggunakan teman saya yang menghubungi mereka dan memperkenalkan saya kepada mereka dan karena saya selamat dari membuat bisnis saya melambung tinggi di udara dan dilikuidasi dan sekarang bisnis saya terbang tinggi di Indonesia dan tidak ada yang akan mengatakannya. tahu tentang perusahaan fashion.

    Jadi saya sarankan semua orang yang tinggal di Indonesia dan negara lain yang membutuhkan pinjaman untuk satu tujuan atau yang lain untuk dihubungi
    ibu christabel melalui email: (christabelloancompany@gmail.com)

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: (lianmeylady@gmail.com) dan Sety memperkenalkan dan berbicara tentang christabel, dia juga mendapat pinjaman baru dari christabel, Anda juga dapat menghubungi dia melalui emailnya: permatabudiwati@gmail.com Sekarang, semua yang akan saya lakukan adalah mencoba memenuhi pembayaran pinjaman yang saya kirim langsung ke akun mereka setiap bulan.

    Sepatah kata untuk orang bijak sudah cukup

    Terima kasih sekali lagi untuk membaca kesaksian saya, dan semoga Tuhan terus memberkati kami dan memberi kami umur panjang serta kehidupan yang makmur dan semoga Tuhan melakukan pekerjaan baik yang sama dalam hidup Anda.
    Ibu yang baik Christabel Missan What'sAPP Number +15614916019

    BalasHapus