Selasa, 03 Mei 2011

Dinas Kabupaten Malang Belum Memiliki Data Base, Akan Menginventaris Siswa Anak Kebutuhan Khusus

MALANG, NAGi. Kepala Dinas Kabupaten Malang, Drs Suwandi, MSc, MM mengatakan, sampai saat ini belum mempunyai data valid tentang sekolah-sekolah yang menerima Anak Kebutuhan Khusus (ABK). Diakui Suwandi, pihaknya belum mempunyai data base tentang sekolah yang menerima ABK, dan kami berencana akan menginventarisasi sekolah yang menampung siswa kebutuhan khusus.

Dipaparkan Suswandi, di Kabupaten Malang ada sekitar 1.500 SD Negeri dan Swasta, yang baru terdindetifikasi menerima ABK ada lima sekolah. Semua sekolah itu, ada di Kecamatan Lawang yakni; SDN Bedali I, SDN Bedali 2, SDN Bedali 4, SDN Bedali 5, dan SDN Bedali 6. “Di lima sekolah itu, terdapat 99 anak ABK. Siswa yang masuk kategori ABK adalah anak autis, hiperkatif, anak dengan gangguan keterlambatan bicara, tuna daksa, tuna rungu, anak-anak dengan cerdas istimewa, dan anak kesulitan belajar,” jelas Suswandi, untuk meningkatkan pelayanan kepada ABK pada tahun ajaran baru 2011/2012 Diknas akan menyediakan guru keliling.

Menurut Suwandi, tim guru tersebut akan ke masing-masing sekolah yang menampung siswa kebutuhan khusus. “Sementara dari hasil iventaris sekolah-sekolah yang mempunyai ABK akan dijadikan pertimbangan untuk menentukan jumlah guru keliling yang dibutuhkan. Program guru keliling bagi ABK merupakan hasil kerjasama antara Diknas dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sebelumnya guru keliling akan diberikan pelatihan pembelajaran dari Diknas Provinsi Jawa Timur,” ujar Suswandi, tetapi hingga kini baru sekitar 10 guru SD untuk se Kabupaten Malang yang sudah mendapat pelatihan, sisanya akan diikutkan pada tahun berikutnya.

Dikatakan Suswandi, program guru keliling untuk ABK, karena Diknas ingin menyelenggarakan pendidikan di semua kalangan. Mulai siswa miskin, siswa pinggiran, siswa cacat dan siswa ABK. “Semua harus sekolah dan mendapat pendidikan yang memadai. “Guru keliling datang secara khusus ke sekolah secara person. Tingkat pendekatannya lebih khusus dan terarah, karena ditangani secara khusus,” harap Suwandi, mantan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Malang, selama ini sistem pembelajaran siswa ABK dilakukan oleh guru setempat, hal ini tidak maksimal, karena kemampuan siswa beragam (bala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar