Sabtu, 30 April 2011

Rendemen Tebu Diperkirakan Turun, Tahun 2010 Produksi Gula di Jatim Turun 360.000 Ton

MALANG, NAGi. Seluruh pabrik gula di Pulau Jawa sudah siap melakukan giling tebu, apakah Pabrik Gula (PG) di bawah naungan PTPN XI, yang dikelola oleh swasta, termasuk PT Rajawali Baru, di Krebet, Kecamatan Bululawang, dan PT Kebon Agung di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Cuaca tahun ini, diperkirakan lebih baik dibanding tahun lalu, sehingga produksi bisa meningkat. Tahun 2010 produksi gula di Jatim turun sebanyak 360.000 ton atau rata-rata sebesar dua ton per hektar. Hal ini, akibat anomali musim, menyebabkan rendemen tebu yang digiling saat itu rata-rata enam persen. Padahal tahun 2009 rendemen tebu bisa mencapai delapan persen.

Pada acara selamatan buka giling 2011 PG Krebet Baru, Kamis (28/4) lalu, yang rencananya mulai giling 13 Mei mendatang. Direktur PG Rajawali Baru Krebet, Syaiful Ali menjelaskan, kapasitas produksi 12.000 kwintal per hari, bila dibandingkan dengan tahun 2010 sama. “Tebu yang dibutuhkan 2 juta ton per musim giling, sehingga target 2011 sama yaitu 12.000 kwintal per hari,” ungkap Ali, yang ketika itu didampingi Kepala Bagian Pertanaman PG Rajawali Baru, Ir Jolly, bakal menerima tebu dari Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang) seluas 45.000 hektar (ha), sedangkan untuk sekitar Krebet luas lahan 25.000 ha.

Menurut Jolly, pada tahun 2010 rendemen tebu ditarget tujuh persen, tetapi realisasinya hanya 6,1 persen. Sedangkan untuk musim giling 2011 ditetapkan sama rendemennya. “Kami target hasil gula tahun 2011 sebanyak 130.000 ton, yang dihimpun dari petani tebu tetap, dan petani tebu yang terdaftar dan bebas. Artinya, kami sudah mempunyai petani tetap harus dilayani lebih dahulu, setelah itu yang terdaftar, baru kemudian yang bebas,” ujar Jolly, gula yang dijual PG seminggu sekali dilakukan lelang dan memperkirakan tebu lari kali ini semakin berkurang.

Sebelumnya Kepala Inspektur Kabupaten Malang, Drs Bambang Siswoko yang mewakili Bupati Malang, H Rendra Kresna mengatakan Kabupaten Malang bersama tiga kabupaten di Jawa Timur (Banyuwangi, Mojokerto, dan Tuban) masuk dalam program swasembada gula nasional. “Oleh karena itu, ketiga daerah ini diminta ikut mendukung program tersebut. Saat ini, Kabupaten Malang beroperasi dua PG, yaitu Krebet Baru dan PG Kebonagung. Namun, masih saja hasil produksi petani tebu di Kabupaten Malang belum sepenuhnya terakomodasi mengingat wilayah perkebunan tebu sangat luas yaitu sekitar 60 ribu ha,” kata Bambang, menjadi perhatian kita bersama agar produksi petani tebu dapat terserab secara maksimum.

Selanjutnya dikatakan Bambang, PG Krebet Baru mempunyai areal perkebunan tebu seluas 21.357,6 ha. “Seluruh komponen masyarakat untuk menjaga dan memelihara perkebunan tebu dan PG Krebet Baru, karena merupakan aset kita bersama agar mampu berproduksi dengan baik dan pada akhirnya dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Selain itu, Pemkab Malang berharap kepada PG Krebet Baru kerjasama yang baik sudah berjalan selama ini bisa ditingkatkan, sehingga kontribusi yang diberikan perusahaan kepada masyarakat, daerah dan negara juga semakin besar baik melalui pajak dan retribusi,” harap Bambang, Corporate Social Responbility (CSR), bina lingkungan, dan kemitraan, termasuk kontribusi dalam menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat dalam menumbuhkan ekonomi masyarakat.

PTPN XI Target

Dari Surabaya dilaporkan, Sekretaris Perusahaan PTPN XI, Adig Suwandi menargetkan selama musim giling 2011 akan memproduksi sekitar 405.850 ton gula, atau naik dibandingkan 2010 hanya 317.560 ton. “Produksi ini, diperoleh dari areal perusahaan tebu seluas 67.890 ha, terdiri dari 16.925 ha milik sendiri, dan 50.965 ha milik petani. Jumlah ini, dari kompilasi perhitungan di 16 PG di Jatim dengan kontribusi 16 persen produksi nasional,” jelas Adig, rendahnya rendemen tebu sudah terbentuk sejak dari tanaman, karena permintaan agar rendemen petani ditetapkan minimal tujuh persen sulit dipenuhi.

Secara terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Anum Sabil mengatakan musim giling tahun ini, kondisinya dimungkinkan tetap sama dengan tahun lalu. “Hal ini, karena curah hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap rendemen dan kadar gula. Kondisi ini, diprediksi bakal berujung pada turunnya produksi gula tahun 2011,” kata Anum, bukan saja di Jatim, namun bisa terjadi penurunan produksi ini menimpa industri gula nasional.

Dikatakan Anum, dengan penurunan produksi gula dalam negeri, dikhawatirkan memicu harga gula yang tinggi. “Tahun 2010 saja, dari target produksi sekitar 2,7 ton, hanya tercapai 2,2 juta ton. Kondisi ini, berdampak pada tingginya harga gula di pasar yang berkisar antara Rp 9.500,- sampai dengan Rp 10.500,- per kilogram,” ujar Anum, sebagai gambaran dengan rendemen tujuh persen, produksi gula tujuh ton per hektar, pendapatan petani hanya Rp 4 juta per hektar atau Rp 300.000,- per bulan per hektar. Oleh karena itu, harapan PG menetapkan rendemen minimal tujuh persen dan memberikan kepastian hasil bagi petani, sekaligus memacu semangat mereka meningkatkan hasil tebu. (bala/faby/ande)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar